Sakit penyakit telah mengganggu manusia sejak Allah mengusir Adam dan Hawa dari Taman Eden (bdg. Kej. 2:19). Orang Ibrani percaya bahwa penyakit disebabkan oleh dosa dalam seseorang, yang harus dihukum oleh Tuhan (Kej. 12:17; Ams. 23:29-32), oleh dosa orang tua seseorang (II Sam. 12:15); atau karena diperdayakan oleh Iblis (Mat. 9:34; Luk. 13:16). Akan tetapi, beberapa ayat menyatakan bahwa tidak selalu ada penjelasan yang begitu sederhana untuk penyakit (bdg. 34:19-20).
Pada zaman Perjanjian Lama pun, orang Ibrani menghubungkan penyembuhan dengan Tuhan. Misalnya, Maleakhi berbicara tentang Surya Kebenaran yang terbit dengan kesembuhan pada sayapnya (Mal. 4:2), dan Daud memuji Tuhan sebagai Dia "yang menyembuhkan segala penyakitmu" (Mzm. 103:3).
- 1 Korintus 10:13
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”
- Yeremia 30:17
“Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorangpun menanyakannya.”
- Yeremia 33:6
“Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.”
- Markus 5:34
“Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!”
- Matius 9:35
“Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.”
- 1 Petrus 2:24
“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”
- Yesaya 53:5
“Akan tetapi, ia ditikam karena pelanggaran-pelanggaran kita. Ia diremukkan karena kejahatan-kejahatan kita. Hukuman yang mendatangkan kesejahteraan bagi kita ditimpakan ke atasnya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita disembuhkan.”
- Mazmur 41:4-5
“TUHAN membantu dia di ranjangnya waktu sakit; di tempat tidurnya Kaupulihkannya sama sekali dari sakitnya. Kalau aku, kataku: “TUHAN, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!”
- Mazmur 103:2-4
“Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat.”
Jika ada pertanyaan kepada kita dalam konteks sekarang ini, maka pertanyaannya pasti berkenaan dengan merebaknya Covid 19. Manakah yang lebih penting: kesehatan secara rohani atau kesehatan secara jasmani? Bisakah keduanya dimiliki oleh orang Kristen dalam menyikapi Covid 19 ini? Bagi kita sebagai anak-anak Tuhan, kesehatan secara rohani pasti lebih penting daripada kesehatan secara lahiriah saja (baca 2 Korintus 12:7-10). Dalam konteks ini Rasul Paulus tetap kuat dan setia dalam melayani Tuhan walaupun tubuhnya ada sakit penyakit. Dan tidak ada alasan bagi Rasul Paulus untuk mundur dalam melayani Tuhan karena sakit. Hal yang menarik adalah Rasul Paulus menyadari semua penyakit itu adalah kehendak Allah supaya hidupnya menyaksikan kekuatan Tuhan yang melampaui dirinya sendiri.
Kejadian 3:16 & Roma 5:12)
Pada mulanya manusia diciptakan oleh Allah baik adanya dan sempurna (Kejadian 1:26-28). Tetapi rancangan Tuhan berubah ketika Adam dan Hawa jatuh dalam dosa (Kejadian 3). Sebagai konsekuensinya Hawa merasakan sakit pada saat melahirkan (Kejadian 3:16). Dan dosa mengakibatkan Adam dan Hawa bisa mengalami kematian dan kematian ini masuk ke dunia sebagai akibat dari keberdosaan manusia (Roma 5:12). Jadi, jelaslah bahwa sakit penyakit adalah salah satu konsekuensi akibat manusia jatuh ke dalam dosa.
Jadi rasa sakit menyadarkan kita bahwa kita harus punya penguasaan diri dalam segala hal (Amsal 23:10) dan rasa sakit mendorong kita untuk berdoa kepada Tuhan untuk meminta pemulihan. Rasa sakit mengajarkan kita agar memiliki kerendahan hati untuk berobat ke dokter ketika kita sakit.
Allah bisa mengizinkan sakit penyakit menghinggapi tubuh anak-anak-Nya, seperti Rasul Paulus (2 Korintus 12:7-10). Ketika Allah mengizinkan penyakit ada di dalam tubuh kita, imanlah yang menyadarkan kita bahwa sakit penyakit itu adalah berkat tersembunyi untuk melatih iman dan ketekunan kita sebagai pengikut Kristus. Ini membuat kita bisa bersyukur dan berbahagia seperti apa kata Yakobus “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan” (Yakobus 1:2-3).
Penyakit yang datangnya dari Tuhan untuk melatih iman dan mental anak-anak Tuhan (Ibrani 12:6-12).
Penyakit yang dizinkan Tuhan supaya nama Tuhan dipermuliakan melaluinya (Yohanes 9:3).
Penyakit normal karena kelemahan fisik (1 Timotius 5:23; Matius 12:15 14:14, 19:2) dan akibat umur (Mazmur 90:10).
Penyakit akibat dosa atau hukuman dari Tuhan seperti Gehazi ( 2 Raja-Raja 5), raja Uzia (2 Tawarikh 26:16-22), Nebukadnezar (Daniel 4).
Penyakit akibat perilaku yang salah dari diri kita sendiri (bandingkan Efesus 6:3).
Penyakit karena Iblis (2 Korintus 12:7-10, Ayub, Lukas 9:37-43; 13:10-16)
Allah mengizinkan kita sakit (2 Korintus 12:7-10). Penyakit, kesehatan, kesuksesan, dan kegagalan bisa dipakai oleh Tuhan untuk mematangkan iman kita (Ibrani 12:6) dan menguji iman kita. Jika ada anak Tuhan yang ketika tubuhnya semakin sehat malah semakin mengasihi dirinya sendiri dan malah semakin melayani dirinya sendiri, bahkan melebihi kasihnya kepada Tuhan dan sesama manusia, maka orang Kristen seperti ini dapat dikatakan sedang mengalami sakit rohani dan sedang memberhalakan dirinya sendiri dalam kesombongan. Kasih kepada diri sendiri yang berlebihan merupakan upaya manusia untuk melayani dirinya sendiri dan untuk meraih tubuh yang sehat tanpa mengejar kesehatan rohani merupakan perjuangan yang semu (bandingkan 1 Tim 4:8). Hal ini bukan berarti kita tidak boleh berolah raga, justru kita wajib menjaga keseimbangan hidup dengan komprehensif dan salah salah satunya dengan olah raga dan tidak makan sembarangan dan istirahat yang cukup dan melakukan olah raga rohani melebihi olah raga secara fisik.
Jika hidup kita hanya memperhatikan kesehatan lahiriah saja atau melakukan olah raga jasmani saja dan melupakan pentingnya olah raga rohani. Orang seperti ini jika diberikan sakit penyakit, maka sudah pasti imannya tidak hidup atau bercahaya di kala sulit atau sakit. Kita boleh memerhatikan kesehatan tubuh kita, dengan tujuan agar kita semakin dipakai Tuhan dan semakin mau memuliakan Tuhan karena tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Kor 6:19-20).
Saya percaya sakit penyakit jika diizinkan Tuhan maka dapat memberikan kesempatan kepada seseorang untuk mengalami kasih karunia Allah yang spesial. Rasul Paulus berkata “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (2 Korintus 12:9). Rasul Paulus sedang membahas tentang “duri dalam daging” yang mengganggunya. Rasul Paulus menyatakan bahwa kasih karunia Allah telah dianugerahkan kepadanya. Itu memungkinkan dia untuk bertahan menghadapi sakit penyakit itu.
Semakin belajar mengandalkan kuasa Tuhan – pembentukan karakter rohani (2 Korintus 12:7-10).
Melatih kita untuk semakin taat terhadap perintah Tuhan dan semakin berkomitmen untuk menghidupi Firman-Nya (Mazmur 119:71).
Melatih menjadi anak-anak Tuhan yang kuat iman dan mentalnya (Ibrani 12:6-12).
Membersihkan kita dari kejahatan atau keberdosaan yang terlihat & yang tidak terlihat (Amsal 20:30).
Menjadi berkat bagi orang lain atau untuk melayani orang lain dalam situasi yang sama (2 Korintus 1:3-4).
Walaupun kita percaya dengan apa yang dikatakan Rasul Paulus “baik hidup atau mati adalah milik Tuhan” (Roma 14:8) dan “hidup adalah bagi Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1:20-21), ini bukan berarti kita menanggapi ancaman dan kematian akibat Covid 19 dengan sikap yang tidak serius. Kita bukan bersikap tidak peduli dengan tindakan pemerintah dalam mengatasi perang terhadap Covid 19 ini. Dan sebaliknya kita juga tidak boleh paranoid, khawatir berlebihan, dan ketakutan berlebihan sampai kita takut sakit, takut mati, dan menganggap kematian karena Covid 19 ini adalah malapetaka atau aib. Jangan sampai pada akhirnya kita menyikapi ancaman Covid 19 ini dengan tidak beriman di dalam Tuhan dan tidak menjalankan ketaatan kita di saat-saat sulit ini untuk menjadi Garam dan Terang dunia.
Tuhan Yesus telah mati menggantikan kita untuk membayar dosa-dosa kita. Seperti yang dikatakan Rasul Petrus “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh” (1 Petrus 3:18). Melalui iman-percaya dalam Yesus Kristus, Allah memberikan hidup kekal kepada setiap orang percaya, termasuk semua berkat di dalamnya. AMIN
Salah satu berkat itu adalah: “Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Wahyu 21:4).
0 Comments :
Post a Comment